Abstract

nal Education System Law No.20 of 2003 stipulates that vocational education is secondary education which prepares students primarily to work in certain fields. The data shows that labor conditions in Indonesia are currently colored by increasingly high unemployment. BPS recorded the total number of unemployed nationally open in February 2018 reaching 6.87 million people or 5.13% of the total workforce. High unemployment is possible because the competencies possessed by Indonesian HR are still low or because employment opportunities are indeed insufficient to accommodate all graduates of the workforce produced by schools and universities. One solution to this problem is to produce graduates of educational institutions that have the ability to develop entrepreneurship. The focus of this research was conducted by looking at the effect of independent attitude, entrepreneurial and family knowledge on vocational students' entrepreneurial readiness.

Pendahuluan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menegaskan bahwa “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Sementara menurut kurikulum 2013, bahwa pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan, terutama dalam menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan. Kewirausahaan memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, terutama melalui pendirian bisnis baru dan penyediaan lapangan pekerjaan (H, 2015). Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2009). Kewirausahaan berasal dari istilah entrepeneurship yang sebenarnya berasal dari kata entrepreneur yang artinya suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup3 .

Salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu negara terletak pada peranan universitas dan sekolah melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan4. Pendidikan kewirausahaan menjadi sangat dibutuhkan dalam perkembangan pendidikan global saat ini (Destiana, 2018). Kewirausahaan muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya (Mulyani, 2014) .

Namun fakta menunjukkan bahwa turunnya peringkat daya saing tenaga kerja Indonesia dari negara-negara ASEAN (Rahman, 2015). Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini masih diwarnai tingkat pengangguran yang semakin tinggi (Maryati, 2015) . BPS mencatat total jumlah pengangguran terbuka secara nasional pada Februari 2018 mencapai 6,87 juta orang atau 5,13% dari total angkatan kerja. Jumlah pengangguran yang tinggi dimungkinkan karena kompetensi yang dimiliki oleh SDM Indonesia masih rendah atau karena peluang kerja yang memang tidak cukup untuk menampung semua lulusan tenaga kerja yang dihasilkan oleh sekolah dan Perguruan Tinggi.

Dari data tersebut, tentunya terdapat banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi besarnya tingkat pengangguran terbuka. Salah satu solusi permasalahan tersebut adalah dengan mencetak lulusan lembaga pendidikan yang memiliki kemampuan siap dalam berwirausaha. Menjadi seorang pengusaha telah menjadi perhatian penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara,9 menekankan pentingnya peranan wirausahawan dalam kegiatan ekonomi suatu negara, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 9 juga berpendapat bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisiensi dalam memproduksi suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru, dan mengadakan perubahan dalam organisasi. Peranan wirausahawan sangat dibutuhkan oleh suatu negara karena ikut pula menentukan keberhasilan pembangunan nasional.

Apalagi di era modern seperti sekarang ini, wirausahawan menyumbang peranan yang sangat penting terhadap kehidupan bernegara, salah satunya adalah di sektor ketenagakerjaan. Kewirausahaan telah memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi dan non ekonomi bangsa. Diantaranya adalah menciptakan lapangan kerja, membentuk perusahaan bisnis, mengubah kehidupan masyarakat dan sebagainya10.

Dalam hal ini, tidak dipungkiri bahwa kehadiran dan peranan wirausaha akan memberikan pengaruh terhadap kemajuan perekonomian dan perbaikan pada keadaan ekonomi di Indonesia, dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan pemerataan pendapatan, memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan produktivitas nasional, serta meningkatkan kesejahteraan pemerintahan.

Untuk itu kualitas lulusan dituntut memiliki kemampuan kemandirian yang tangguh agar dapat menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, yang diakibatkan terjadinya perubahan11. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tantangan yang terjadi pada era global adalah semakin menipisnya kualitas kemandirian manusia indonesia nantinya.

Kesiapan menurut kamus psikologi12 adalah suatu titik kematangan bagi seseorang untuk menerima dan mempraktikkan tingkah laku tertentu. Pendapat lain menyatakan bahwa kesiapan adalah tingkat perkembangan dari kedewasaan seseorang untuk menerapkan sesuatu 13. Menurut 14, faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan diantaranya adalah minat, motivasi, sikap dan kepribadian, dimana tingkat kesiapan terhadap sesuatu dipengaruhi oleh tiga factor yaitu tingkat kemasakan, pengalaman-pengalaman yang relevan dan keadaan mental dan emosi yang stabil.

Beberapa ahli memberikan pendapat bahwa untuk mengurangi pengangguran terdidik, diantaranya diperlukan program-program sebagai berikut: (1) program pengembangan kewirausahaan bagi penganggur yang berpendidikan 15; (2) program kemampuan berwirausaha harus dibangun secara sadar dari usia dini; (3) generasi muda mulai menjadikan wirausaha sebagai salah satu pilihan karier yang penting untuk mendukung kesejahteraan bangsa (Esther, 2009). Suatu bangsa akan sejahtera jika terdapat sejumlah warganya yang mampu berwirausaha, dan di Indonesia paling tidak diperlukan sebanyak 4 juta (2%) pengusaha dari jumlah penduduk Indonesia yang ada sekarang (). Karena itu pendidikan di SMK harus mampu memberikan bekal kepada para siswa, agar mereka memiliki kesiapan wirausaha yang cukup, sehingga mereka mampu menjadi pengusaha, yang pada gilirannya akan menurunkan angka pengangguran terdidik di Indonesia.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan atau metode kuantitatif, suatu pendekatan yang bersifat konfirmasi yaitu metode penelitian yang bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah dalam bentuk angka atau numerik, sehingga penelitian kuantitatif diidentikkan dengan penelitian numerik. Penarik kesimpulan pada penelitian kuantitatif bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Penelitian ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya.

Populasi sasaran adalah SMK Muhammadiyah Program Multimedia di kota Surabaya yaitu SMK Muhammadiyah 1 , dan SMK Muhammadiyah 9. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMK Muhammadiyah di Kota Surabaya pada tahun pelajaran 2017/2018. Pada tahun akademik 2017/2018 jumlah siswa SMK kelas XII mencapai 598 siswa. Sampel dari penelitian ini adalah homogen sehingga teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling. Teknik sampling ini digunakan karena pengambilan sampel pada proportional random sampling diperoleh dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecil sub-sub populasi yang ada. Sehingga dapat memberikan landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Hasil dan Pembahasan

Pengujian statistik dilakukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi variabel– variabel dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari penentuan nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standard deviasi masing-masing variable independen.Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah hasil estimasi resgresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala yang dapat menggangu ketepatan hasil analisis. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model analisis jalur (path analysis).

Figure 1.Distribusi KesiapanWirausaha (Y), Sikap Mandiri (X1), Pengetahuan Kewirausahaan (X2), dan Keluarga(X3) Siswa Program Multimedia SMK Muhammadiyah Kota Surabaya

Dari Figure 1 dapat disimpulkan bahwa variabel kesiapan berwirausaha dengan kategori tinggi sebesar 78,6% (147 siswa). Untuk variabel sikap kewirausahaan dengan kategori tinggi sebesar 63,6 % (119 siswa). Sedangkan variabel pengetahuan kewirausahaan dengan kategori tinggi sebesar 65,2 % (112 siswa). Dan variabel keluarga dengan kategori tinggi sebesar 59,9% (122 siswa).

Figure 2.Model Penelitian

Sikap kewirausahaan berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan berwirausaha secara positif dan signifikan sebesar 0,0882 = 0,77%. Sikap kewirausahaan berpengaruh terhadap kesiapan berwirausaha secara tidak langsung melalui keluarga secara positif dan signifikan sebesar 0,156 x 0,695 = 10,84%. Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan berwirausaha secara positif dan signifikan sebesar 0,2752 = 7,56%. Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh terhadap kesiapan berwirausaha secara tidak langsung melalui keluarga secara positif dan signifikan sebesar 0,799 x 0,695 = 55,53%. Keluarga terbukti menjadi mediasi pengaruh sikap dan pengetahuan kewirausahaan yang ditunjukkan pada siswa terhadap kesiapan berwirausaha. Keluarga berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan berwirausaha secara positif dan signifikan sebesar 0,6952 = 48,3%. Sedangkan perhitungan error 1 √(1−0,709)= 0,539 dan error 2 = √(1−0,903)= 0,311.

Seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan berwirausaha. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kesiapan berwirausaha siswa, pengetahuan kewirausahaan diharapkan berperan penting dalam meningkatkan jiwa berwirausaha, kemandirian, tanggung jawab, maupun motivasi. Selain itu, sikap kewirausahaan meliputi peka, jeli, dan kreatif pada siswa juga berperan dalam meningkatkan ketrampilan berwirausaha pada siswa. Sikap kewirausahaan dalam hal ini dititik beratkan pada sikap yang kreatif. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru sebaiknya berupaya untuk melibatkan keluarga selama proses pembelajaran berlangsung untuk meningkatkan rasa percaya diri untuk mendukung keberhasilan yang diraih. Keluarga mampu memberikan rasa percaya diri dan keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dan menjadi modal yang penting dalam memulai suatu usaha. Oleh karena itu karena keluarga sangat berguna dalam mendukung kewirausahaan di masa mendatang jika para siswa memiliki kesiapan untuk berwirausaha dikemudian hari.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa sikap kewirausahaan berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan berwirausaha secara positif dan signifikan sebesar 0,77%, artinya semakin tinggi sikap kewirausahaan maka semakin tinggi terhadap kesiapan berwirausaha. Sikap kewirausahaan berpengaruh terhadap kesiapan berwirausaha secara tidak langsung melalui keluarga secara positif dan signifikan sebesar 10,84%, artinya semakin tinggi sikap kewirausahaan dengan keluarga, maka semakin tinggi terhadap kesiapan berwirausaha. Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan berwirausaha secara positif dan signifikan sebesar 7,56%, artinya semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan maka semakin tinggi terhadap kesiapan berwirausaha. Pengetahuan kewirausahaan berpengaruh terhadap kesiapan berwirausaha secara tidak langsung melalui keluarga secara positif dan signifikan sebesar 55,53%, artinya semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan dengan krluarga, maka semakin tinggi terhadap kesiapan berwirausaha. Keluarga terbukti menjadi mediasi pengaruh sikap dan pengetahuan kewirausahaan yang ditunjukkan pada siswa terhadap kesiapan berwirausaha. Keluarga berpengaruh secara langsung terhadap kesiapan berwirausaha secara positif dan signifikan sebesar 48,3%, artinya semakin tinggi keluarga maka semakin tinggi terhadap kesiapan berwirausaha.

References

  1. Buyung, W. K. (2008). Kewirausahaan Bisa Berantas Pengangguran. https://ekonomi.kompas.com/read/2008/11/13/04492340/kewirausahaan.bisa.berantas.pengangguran.
  2. (Accessed on 2018-11-07).
  3. Chaplin (2006). Kamus lengkap psikologi. (Terjemahan Kartini-Kartono). (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.).
  4. Destiana, D. (2018). Pendidikan Entrepreneurship sebagai Alternatif Menjawab Tantangan Pendidikan Global. doi: 10.24090/insania.v22i2.1220. https://dx.doi.org/10.24090/insania.v22i2.1220.
  5. Esther (2009). https://tekno.kompas.com/read/2009/01/10/15355329/kemampuan.berwirausaha.perlu.diciptakan.
  6. (Accessed on 2018-11-12).
  7. Gulo, D. (1984). Kamus psychology (Bandung: Tonis).
  8. Inggarwati, K. and Kaudin, A. (2015). Peranan Faktor-Faktor Individual dalam Mengembangkan Usaha Studi Kuantitatif pada Wirausaha Kecil di Salatiga. International research Journal of business studies 3.
  9. Maryati (2015). DINAMIKA PENGANGGURAN TERDIDIK: TANTANGAN MENUJU BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA. economica 3, 124–136. doi: 10.22202/economica.2015.v3.i2.249.
  10. Melyana, I. P., Rusdarti, and Pujiati, A. (2015). Pengaruh sikap dan pengetahuan kewirausahaan terhadap kesiapan berwirausaha melalui self-efficacy. Journal of Economic Education 4, 8–13.
  11. Mulyani, E. (2012). Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan 8. doi: 10.21831/jep.v8i1.705.
  12. Mulyani, E. (2014). Pengembangan Model Pembelajaan Berbasis Projek Pendidikan Kewirausahaan Untuk Meningkatkan Sikap, Minat, Perilaku Wirausaha, Dan Prestasi Belajar Siswa SMK. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 33–33.
  13. Rahman (2015). Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) . Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Th eJournal Ilmu
  14. Hubungan Internasional 3, 117–130.
  15. Schumpeter, A. J. (1939).
  16. Slameto (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. (Jakarta: Rineka Cipta).
  17. Suharti, L. and Sirine, H. (2012). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention). doi: 10.9744/jmk.13.2.124-134. https://dx.doi.org/10.9744/jmk.13.2.124-134.
  18. Suryana (2009). Kewirausahaan pedoman praktis: kiat dan proses menuju sukses (Jakarta: Salemba Empat).
  19. Triono, S. P. H. (2015). Pengaruh Entrepreneurial Self Efficacy Dan Personal Networks Terhadap Niat Mahasiswa Untuk Menjadi Technopreneur. E-Jurnal STIE INABA 14, 1–25.
  20. Wibowo, M. (2012). Pembelajaran kewirausahaan dan minat wirausaha lulusan SMK . Pembelajaran kewirausahaan dan minat wirausaha lulusan SMK 6, 109–122.